Sejarah Pantomim di dunia, Hingga Masuk ke Indonesia

Updated,

Sejarah Pantomim

Pantomim memiliki sejarah yang kaya dan kompleks dimana melibatkan berbagai bentuk seni pertunjukan dari berbagai budaya.

Pantomim merupakan bentuk seni pertunjukan yang mengandalkan gerakan tubuh, mimik wajah, dan ekspresi fisik untuk menceritakan cerita atau menyampaikan pesan tanpa menggunakan kata-kata.

Sejarah Awal Lahirnya Pantomim

sejarah pantomim

Sejarah awal lahirnya pantomim bisa ditelusuri ke zaman kuno, khususnya di Yunani Kuno dan Romawi Kuno.

Yunani Kuno

Beberapa akar pantomim dapat ditelusuri kembali pada abad ke-5 SM.

Pada awalnya, pantomim adalah bentuk tarian yang menggambarkan cerita mitologi. Penari akan menggunakan gerakan tubuh mereka untuk menyampaikan cerita dan emosi karakter tanpa mengucapkan kata-kata.

Pantomim di Yunani Kuno juga sering kali menggabungkan musik dan nyanyian untuk memperkaya pertunjukan.

Di sini, terdapat seniman-seniman yang disebut “pantomimus” yang melakukan pertunjukan ekspresi fisik dan tari sebagai bentuk seni.

Romawi Kuno

Pada zaman Romawi Kuno, pantomim berkembang menjadi bentuk seni yang lebih kompleks.

Pertunjukan pantomim di Romawi Kuno melibatkan seorang penari tunggal yang akan berperan sebagai karakter utama dalam cerita.

Mereka akan menggunakan gerakan tubuh, mimik wajah, kostum, dan properti untuk menggambarkan cerita yang kompleks serta emosional.

Pantomim di Romawi Kuno menjadi sangat populer dan mendapatkan banyak penggemar. Pertunjukan pantomim bahkan menjadi bagian penting dalam festival dan acara di Romawi. Penari pantomim yang terkenal akan dihormati dan diidolakan oleh masyarakat.

Namun, pada abad ke-5 Masehi, seni pantomim mengalami penurunan popularitas. Agama Kristen yang semakin kuat menganggap tarian dan pertunjukan teater sebagai sesuatu yang tidak senonoh. Akibatnya, seni pantomim mulai dilarang dan dikecam oleh gereja.

Commedia Dell’Arte di Italia

Pantomim dalam bentuk yang lebih mirip dengan yang kita kenal sekarang berkembang di Italia pada abad ke-16 melalui sebuah komedi jalanan bernama Commedia dell’Arte yang dipentaskan pada zaman renaisans.

Ini adalah bentuk teater komedi yang melibatkan karakter-karakter khas dengan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang dramatis, dimana pertunjukan ini seringkali memasukkan elemen slapstik yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak.

Uniknya, bahkan tanpa satu patah katapun yang diucapkan pemain, para penonton bisa memahami maksud dan jalan cerita. Penonton juga bisa mengidentifikasi berbagai karakter yang terlibat dalam seni jalanan tersebut.

Commedia dell’Arte dikenal dengan karakter-karakternya yang khas dan improvisasi, menjadi salah satu bentuk hiburan populer pada zamannya.

Commedia dell’Arte tidak memiliki seorang pencipta tunggal. Bentuk seni pertunjukannya berkembang melalui waktu dan melibatkan berbagai seniman, aktor, dan troupes teater di Italia.

Namun, ada beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan awal Commedia dell’Arte, seperti aktor-aktor yang membentuk karakter-karakter khas, dan para pelawak yang mengembangkan teknik komedi fisiknya.

Pertunjukan ini menjadi bentuk awal teater profesional dari Italia yang populer selama abad ke-16 hingga 18 dimana pantomim menjadi salah satu dari ciri khas pertunjukannya.

Setelah populer di Eropa, seni pertunjukan ini terus berkembang hingga menyebar secara global, termasuk ke Indonesia.

Sejarah Perkembangan Pantomim di Italia dan Perancis

sejarah pantomim

Pertunjukan Commedia dell’Arte semakin berkembang dan mencapai popularitas yang besar saat para pemainnya melakukan tur keliling Italia dan Prancis.

Perkembangan Pantomim di Italia dan Perancis Pada Abad ke-16

Para pemain Commedian dell’Arte sering tampil di berbagai acara seperti pekan raya, festival, dan di jalanan, sehingga mencapai beragam penonton dan mendapatkan dukungan besar dari masyarakat.

Karakter terkenal dari Commedia dell’Arte adalah badut Pierrot, lelaki tua Pantalone, pelayan bernama Arlecchino, dan seorang gadis bernama Columbine.

Karakter-karakter tersebut sangat ikonik dalam Commedia dell’Arte. Pierrot adalah badut yang terkenal dengan kostum putih dan ekspresi wajah yang melankolis.

Pantalone adalah tokoh lelaki tua yang serakah, sedangkan Arlecchino adalah pelayan yang konyol dan kocak.

Columbine adalah seorang gadis yang sering kali menjadi pusat perhatian dalam berbagai intrik percintaan.

Masing-masing karakter ini memiliki ciri khasnya sendiri dan kontribusi penting dalam pertunjukan tersebut.

Dalam beberapa versi kisah, ada satu lagi karakter bernama Punchinello.

Punchinello adalah karakter dalam Commedia dell’Arte yang memiliki ciri khas hidung besar dan wajah yang konyol.

Dalam perkembangan selanjutnya, Punchinello menjadi cikal bakal tokoh boneka teater yang sangat terkenal di Eropa, yang dikenal dengan nama Mr. Punch.

Mr. Punch merupakan tokoh dalam pertunjukan Punch and Judy, sebuah jenis teater boneka yang sangat populer di berbagai negara Eropa, terutama di Inggris, yang kemudian memiliki peran penting dalam perkembangan teater dan budaya hiburan di Eropa.

Popularitas pantomim di Italia dan Prancis pun mendulang kesuksesan besar di abad ke-16 dan berlanjut hingga awal abad ke-17.

Perkembangan Pantomim di Italia dan Perancis Pada Abad ke-18

Pada abad ke-18, pantomim berkembang secara signifikan dengan munculnya seorang seniman bernama Jean-Gaspard Deburau di Prancis.

Jean-Gaspard Deburau adalah seorang seniman pentomim terkenal asal Perancis yang aktif pada abad ke-18.

Dia dikenal sebagai tokoh kunci dalam perkembangan pantomim dan seni badut di Prancis.

Deburau sangat terkenal karena kreasi karakter Pierrot, yang merupakan karakter badut yang menjadi ikonik dalam seni pertunjukan pantomim.

Deburau memainkan peran penting dalam mengangkat tingkat estetika dan penerimaan seni pantomim.

Ia menciptakan karakter Pierrot yang memiliki ekspresi wajah yang khas dan gerakan tubuh yang komedi.

Karya-karyanya sangat memengaruhi perkembangan seni pertunjukan pantomim, terutama di Perancis, dan ia dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah seni badut dan pantomim.

Jean-Gaspard Deburau dan Commedia dell’Arte adalah dua bentuk seni pertunjukan yang berbeda, tetapi Jean-Gaspard Deburau sebagai seorang seniman pantomim dan badut, mungkin terpengaruh oleh elemen-elemen dari Commedia dell’Arte.

Deburau menciptakan karakter Pierrot, yang memiliki beberapa kesamaan dengan karakter-karakter Commedia dell’Arte dalam hal komedi fisik dan ekspresi wajah.

Namun, Deburau juga memberikan sentuhan pribadinya pada karakter Pierrot, sehingga Pierrot menjadi karakter yang unik dan identik dengannya.

Deburau mengembangkan karakter Pierrot ke arah yang berbeda dan menciptakan identitasnya sendiri dalam dunia seni pertunjukan pantomim.

Sejarah Perkembangan Pantomim di Inggris

sejarah pantomim

Memasuki akhir abad ke-17, seni pertunjukan pantomim mulai dipentaskan di Inggris.

Perkembangan Pantomim di Inggris pada abad ke-18

Meskipun sejarah mencatat pantomim sudah masuk di Inggris sejak abad ke-17, tetapi kepopulerannya baru berlangsung pada awal abad ke-18.

Pantomim menjadi seni pertunjukan yang dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat di Inggris, termasuk bangsawan dan masyarakat umum.

Tokoh yang berperan penting dalam perkembangan pantomim di Inggris bernama John Rich.

John Rich adalah seorang produser dan manajer teater yang sangat berpengaruh di Inggris.

John Rich dikenal karena perannya dalam mempopulerkan genre pertunjukan yang dikenal sebagai “Harlequinade.”

Pada tahun 1720-an, John Rich memainkan peran penting dalam pertunjukan pantomim di sebuah teater di Lincoln’s Inn Fields di London.

Ia mengembangkan pertunjukan yang mencakup cerita-cerita dengan karakter-karakter seperti Harlequin, Columbine, dan Clown, yang menjadi karakteristik utama dari Harlequinade.

John Rich memainkan peran penting dalam mengembangkan dan memperkenalkan Harlequinade ke penonton Inggris pada masa itu.

Dia menciptakan dan mengarahkan pertunjukan yang menggabungkan unsur-unsur komedi fisik, tarian, dan cerita dengan karakter-karakter Harlequinade.

Dalam pertunjukan-pertunjukan ini, Rich memadukan berbagai elemen hiburan untuk menciptakan keseluruhan pertunjukan yang menghibur dan menggugah tawa.

Meskipun dia tidak menciptakan Harlequinade, dia menjadi salah satu tokoh yang memperkenalkan dan mengembangkan genre tersebut di Inggris.

Harlequinade: Subgenre Pantomim yang Sangat Populer Pada Zamannya

Harlequinade adalah subgenre pantomim yang berkembang pada abad ke-18 di Inggris.

Pertunjukan ini menggabungkan unsur komedi fisik, tarian, dan cerita dengan karakter-karakter khas, termasuk Harlequin, Columbine, Clown, dan lainnya.

Sebuah pertunjukan Harlequinade seringkali melibatkan cerita yang sederhana dan humoristik, seringkali dengan elemen cinta dan intrik, yang diperlihatkan melalui gerakan tubuh dan komedi visual daripada dialog lisan.

Harlequin adalah salah satu karakter utama dalam Harlequinade, karakter Harlequin adalah seorang badut yang konyol dan lucu.

Dia seringkali dikenal dengan kostum yang mencolok dan kemampuan berpindah dengan cepat serta tarian yang lincah.

Dalam pertunjukan Harlequinade, terkadang terdapat elemen akrobatik seperti lompatan, putaran, dan tindakan fisik yang dramatis.

Fokus utama dari Harlequinade adalah pada komedi fisik, tarian, dan gerakan tubuh yang ekspresif, tetapi akrobatik dapat menjadi bagian penting dalam aksi-aksi yang melibatkan karakter-karakter seperti Harlequin dan karakter-karakter lainnya. Akrobatik dapat digunakan untuk menambah tingkat spektakuler dalam pertunjukan.

Pertunjukan ini juga bisa mencakup elemen sulap, tetapi komedi fisik dan gerakan tubuh yang ekspresif adalah ciri khasnya.

Harlequinade menjadi salah satu bentuk hiburan yang sangat populer pada zamannya, terutama selama musim liburan dan pertunjukan teater di Inggris

Perkembangan Pantomim di Inggris Pada Abad Ke-19

Ketika Harlequinades menjadi lebih populer, semakin banyak teater membuat versinya masing-masing. Salah satu yang paling terkenal adalah pementasan Harlequinade karya Joseph Grimaldi.

Joseph Grimaldi adalah salah satu seniman pantomim terkenal pada awal abad ke-19, dan dia dikenal dengan kontribusinya dalam pertunjukan-pertunjukan Harlequinade.

Karyanya dalam mengembangkan karakter badut pantomim yang konyol dan menghibur sangat mempengaruhi perkembangan genre pantomim di Inggris.

Grimaldi sering dianggap sebagai salah satu pelopor komedi fisik dan tarian dalam pantomim Harlequinade.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ada banyak versi Harlequinade yang dibawakan oleh berbagai seniman pantomim dan teater pada masa itu.

Grimaldi adalah salah satu yang paling terkenal, tetapi ada juga kontribusi penting dari seniman-seniman lain dalam mengembangkan pertunjukan Harlequinade.

Beberapa Aspek yang Mempengaruhi Perkembangan Pantomim di Inggris

Pada abad ke-19, pantomim semakin populer dan terus mengalami perkembangan di Inggris. Berikut adalah beberapa aspek perkembangannya:

Penyebaran Popularitas

Pantomim tetap menjadi hiburan yang sangat populer di kalangan masyarakat Inggris pada abad ke-19. Pertunjukan-pertunjukan ini seringkali diselenggarakan selama musim liburan Natal dan menarik berbagai kalangan penonton.

Perkembangan Cerita

Pantomim mengalami perkembangan dalam hal cerita. Kisah-kisah dongeng klasik seperti Cinderella, Aladdin, dan Sleeping Beauty seringkali diadaptasi menjadi pertunjukan pantomim yang menggabungkan elemen-elemen komedi dan tarian.

Pengenalan Tokoh-Tokoh Khas

Tokoh-tokoh pantomim yang khas seperti pantomim dame (biasanya diperankan oleh pria), principal boy (biasanya diperankan oleh wanita), dan karakter-karakter komedi seperti pantomim villain, fairy godmother, dan lainnya menjadi elemen tetap dalam pertunjukan.

Pertumbuhan Teater Musikal

Pantomim mulai memasukkan unsur-unsur musikal ke dalam pertunjukan, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para pemain.

Keberlanjutan Tradisi

Pantomim tetap mempertahankan elemen-elemen tradisional seperti komedi slapstik, interaksi langsung dengan penonton, dan kostum yang mencolok.

Pada abad ke-19, pantomim terus menghibur dan memukau penonton dengan menggabungkan komedi fisik, tarian, musik, dan cerita dongeng dalam pertunjukan-pertunjukan yang diselenggarakan selama musim liburan.

Tradisi pantomim ini terus hidup dan menjadi salah satu hiburan yang sangat dicintai di Inggris.

Perkembangan Pantomim Di Inggris Pada Abad ke-20 dan Seterusnya

Pantomim tetap menjadi hiburan yang sangat dicintai di Inggris, terutama selama musim liburan Natal, dan terus berkembang pada abad ke-20 dan seterusnya.

Beberapa perkembangan dalam pantomim di Inggris pada periode tersebut meliputi:

Modernisasi Pertunjukan

Meskipun elemen-elemen tradisional tetap ada, pantomim telah mengalami modernisasi dalam produksi dan presentasi. Teknologi, efek visual, dan tata panggung yang canggih telah digunakan untuk menciptakan pertunjukan yang lebih spektakuler.

Keterlibatan Selebriti

Banyak pertunjukan pantomim yang melibatkan selebriti terkenal dalam peran utama. Ini dapat meningkatkan daya tarik penonton dan menarik audiens yang lebih luas.

Beragam Cerita

Selain kisah-kisah dongeng tradisional, pantomim juga mencakup cerita-cerita modern dan adaptasi dari film, buku, atau musik populer.

Berbicara dengan Audiens:

Interaksi langsung dengan penonton tetap menjadi ciri khas pantomim. Beberapa karakter meminta partisipasi penonton, termasuk meminta mereka berseru atau berpartisipasi dalam aksi-aksi di atas panggung.

Teater Regional

Selain di London, banyak teater regional di seluruh Inggris mengadakan pertunjukan pantomim yang meriah, sehingga menciptakan tradisi lokal yang kuat.

Pantomim Sebagai Pendidikan

Pantomim juga digunakan dalam konteks pendidikan dan pelatihan teater untuk mengembangkan keterampilan komedi fisik, gerakan tubuh, dan akting.

Pantomim tetap menjadi salah satu hiburan utama selama musim liburan Natal di Inggris dan terus beradaptasi dengan perubahan zaman.

Meskipun beberapa elemen tradisionalnya tetap ada, pantomim telah mengikuti perkembangan teknologi dan selera kontemporer untuk tetap menarik penonton.

Sejarah Perkembangan Pantomim di Era Film Bisu

Masa kejayaan pantomim berikutnya berlangsung saat era film bisu di abad ke-20.

Sesuai sebutannya, era film bisu adalah masa di mana film-film yang diproduksi tanpa dialog.

Sejarah perkembangan pantomim dalam era film bisu ini pun menjadi sangat menarik.

Pantomim dengan fokus pada ekspresi fisik dan gerakan secara alami berpadu dengan medium film bisu yang tidak memiliki dialog lisan.

Para tokoh film hanya memanfaatkan gestur dan ekspresi wajah untuk bisa menyampaikan jalan cerita.

Oleh karena itu, seni pertunjukan pantomim sangat berkembang pada era ini.

Beberapa Poin Kunci dalam Sejarah Perkembangan Pantomim dalam Film Bisu

Awal Era Film

Ketika film pertama kali muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, teknologi dan kemampuan audio masih terbatas. Oleh karena itu, film-film pertama adalah film bisu, dengan cerita yang disampaikan melalui gambar dan tindakan fisik aktor.

Aktor Pantomim

Banyak aktor pantomim terkenal yang sukses dalam era film bisu. Film bisu pantomim yang paling populer diperankan oleh tokoh Charlie Chaplin dalam filmnya The Tramp (1915).

“The Tramp” adalah salah satu film bisu yang sangat terkenal yang menampilkan karakter The Tramp yang diciptakan oleh Charlie Chaplin dalam film-filmnya.

The Tramp adalah seorang karakter dengan ciri khas topi bulu, jas rapi, dan sepatu besar yang sering menghadapi berbagai situasi komedi dan petualangan dalam film-filmnya.

Beberapa film terkenal yang menampilkan karakter The Tramp adalah “The Kid” (1921), “City Lights” (1931), dan “Modern Times” (1936).

Charlie mengembangkan sejumlah film bisu yang sangat sukses dan menjadi tokoh pantomim modern yang ikonik bahkan hingga saat ini.

Kejayaan Komedi Fisik

Film bisu mengangkat komedi fisik dan ekspresi wajah ke tingkat baru. Aktor-aktor seperti Buster Keaton, Harold Lloyd, dan Laurel and Hardy dikenal karena keterampilan komedi fisik mereka.

Ekspresi dan Gestur

Pantomim dalam film bisu mengandalkan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan gestur untuk mengkomunikasikan emosi dan cerita. Ini menjadi sangat penting dalam memahami cerita dalam film bisu.

Perkembangan Kamera

Perkembangan teknologi kamera dalam era film bisu juga berkontribusi pada perkembangan pantomim dalam film. Kamera dapat digunakan untuk menyoroti gerakan, ekspresi, dan detil-detil penting dalam pertunjukan pantomim.

Adaptasi Drama

Selain komedi fisik, beberapa film bisu juga mengadaptasi drama panggung dengan penggunaan pantomim untuk menggambarkan narasi. Ini membantu memperkenalkan lebih banyak unsur drama ke dalam film.

Transisi ke Suara

Pada tahun 1927, film pertama dengan dialog lisan, “The Jazz Singer,” diperkenalkan, mengawali transisi ke era film bersuara. Ini mengubah cara film diproduksi dan meresapi penggunaan dialog lisan sebagai alat utama dalam narasi.

Meskipun era film bisu berakhir dengan cepat seiring munculnya film bersuara, pengaruh pantomim pada film terus ada.

Banyak elemen dari pantomim, seperti komedi fisik dan ekspresi fisik, masih menjadi bagian penting dalam seni perfilman hingga saat ini.

Sejarah Munculnya Pantomim di Indonesia

sejarah pantomim di Indonesia

Sejarah perkembangan pantomim di Indonesia diperkirakan baru berlangsung setelah kemerdekaan.

Menurut Nur Iswantara dalam Seni Pertunjukan Pantomim di Yogyakarta (1995) pantomim pertama kali masuk ke Indonesia sejak diperkenalkan di Jogja pada 1970-an.

Tokoh perintis pantomim di Indonesia bernama Moortri Poernomo, seorang tokoh teater terkenal asal Yogyakarta.

Beliau pernah menjadi guru teater Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Yogyakarta sekarang SMKN 1 Kasihan Bantul.

Beliau juga pernah menjadi Pemeran Letnan Jenderal Siswondo Parman di Film G30 S PKI.

Moorti Poernomo atau yang akrab dipanggil “Papi” ini dikenal sebagai tokoh pantomime, beliau sering pentas bersama murid-muridnya mewarnai berbagai acara 17-an di hotel-hotel atau festival seni budaya di Yogyakarta.

Moortri juga berkontribusi dalam mengajarkan konsep dasar dan gerakan-gerakan pantomim di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (ASDRAFI) Yogyakarta.

Tokoh lainnya yang juga dianggap sebagai perintis pantomim di Indonesia adalah Merit Hendra, Azwar AN, dan Wisnu Wardhana.

Pada tahun 1981, murid Moortri yang bernama Deddy Ratmoyo menggelar pertunjukan pantomim berjudul Tukang Loak.

Dilanjutkan oleh Jemek Supardi yang menggelar pentas pantomim berjudul Jemek Numpang Perahu Nuh pada 1982 di Senisono Art Gallery.

Sejak saat itu, sejumlah seniman mulai melirik pantomim untuk dipentaskan di berbagai kesempatan.

Pada dekade yang sama, pementasan pantomim ditayangkan di stasiun televisi TVRI Yogyakarta.

Perkembangan seni pantomim juga sampai ke Ibu Kota. Pada 1987 berdiri kelompok teater pantomim di Jakarta bernama Sena Didi Mime.

Kelompok tersebut didirikan oleh Sena A. Utoyo dan Didi Petet. Gagasan dibentuknya kelompok teater pantomim ini dimulai pada penghujung tahun 1970-an ketika mereka berdua masih menjadi mahasiswa di Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Kesenian Jakarta.

Kelompok ini menunjukkan kreativitasnya hingga kancah internasional. Ciri khas yang tak pernah hilang dari sekian banyak pertunjukannya adalah pantomim yang kompleks dan kolosal.

Kelompok teater pantomim ini pertama kali mementaskan pantomim berjudul Becak di tahun 1987 yang didukung oleh 100 pantomim dengan durasi pentas dua jam tanpa jeda.

Sena Didi Mime pun kerap memperoleh undangan untuk mengikuti festival pantomim internasional.

Pada tahun 2016 kelompok ini pernah meraih penghargaan The Craziest Production Award dari Academy of Performing Arts di Slovakia.

Meski telah ditinggal dua pendirinya, kelompok teater pantomim Sena Didi Mime Jakarta tetap eksis menyuguhkan karya kepada masyarakat.

Seiring berjalannya waktu, pementasan pantomim semakin populer di Indonesia. Tak hanya dipentaskan, pantomim juga diajarkan di sekolah-sekolah dalam materi seni pertunjukan.