Sejak pandemi istilah homeschooling mulai populer kembali di kalangan orang tua, namun sedikit sekali yang benar-benar memahami apa itu sebenarnya homeschooling.
Dulu sekali jalur pendidikan informal ini sempat jadi perbincangan tatkala media massa mengusung berita mengenai adanya beberapa keluarga dari kalangan tokoh publik yang mengambil jalur ini sebagai pilihan pendidikan untuk putra dan putri mereka, namun kemudian muncul anggapan di masyarakat bahwa homeschooling itu alternatif pendidikan yang cocoknya untuk kalangan selebritas, ekspatriat, pejabat atau orang kaya saja karena ada asumsi bahwa biayanya yang mahal.
Seiring berjalannya waktu lalu beredar lagi anggapan bahwa homeschooling itu alternatif belajar untuk anak-anak yang di sekolahnya bermasalah.
Tetapi itu dulu, saat itu masyarakat enggan mengulik informasi mengenai homeschooling dikarenakan terdapat persepsi yang salah, beda halnya sekarang dimana homeschooling mulai dilirik oleh para orang tua, namun sayangnya banyak timbul kerancuan mengenai definisi homeschooling.
Hal ini dikarenakan adanya anggapan yang salah kaprah mengenai homeschooling.
Banyak yang mengira homeschooling itu adalah nama lembaga, hal ini dikarenakan saat ini memang banyak sekali PKBM, bimbingan belajar, atau lembaga kursus yang mengatasnamakan dirinya Homeschooling A, Homeschooling B, Homeschooling C, dan sebagainya.
Bahkan jika Moms mencari informasi secara online dengan kata kunci homeschooling yang muncul adalah sekolah-sekolah yang menawarkan fasilitas belajar yang bisa diakses dari rumah saja lengkap dengan kurikulumnya, hari dan jam wajib belajarnya, ada pembagian raportnya, bahkan ada pilihan kegiatan ekstrakurikulernya juga, persis seperti sekolah yang kita pahami pada umumnya tetapi model belajarnya virtual dan menyebut dirinya sekolah dengan konsep homeschooling.
Alhasil, banyak orang awam jadi berpikir bahwa homeschooling itu adalah sejenis sekolah gaya baru, padahal bukan seperti itu.
Tidak heran jika banyak sekali yang bertanya di akun kami dengan pertanyaan-pertanyaan seputar :
- “Sekolahkudirumah itu sekolah untuk anak homeschooling ya ?”
- “Saya mau dong beli kurikulumnya saja.”
- “Sekolah homeschooling di tempat anda biayanya berapa ?”
- “Cara daftar sekolah homeschooling di sekolahkudirumah bagaimana ?”
- “Homeschooling di tempat anda seminggu masuk berapa kali ?”
- “Kalau mau ambil homeschooling di sekolahkudirumah gurunya datang ke rumah atau semuanya sudah berbasis online ?”
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang menunjukkan bahwa ternyata masih banyak masyarakat diluar sana yang belum paham mengenai substansi homeschooling, sehingga memiliki persepsi yang salah.
Untuk itu, hal pertama yang harus diperjelas adalah mengenai pengertian homeschooling (HS) atau home education (HE) yang dalam terjemahan bahasa Indonesia sering disebut sekolah rumah (SR).
Apa Itu Homeschooling ?
Sekarang mari kita bahas mengenai definisinya dulu ya, “Apa itu homeschooling ?” Homeschooling itu adalah sebutan untuk jenis proses belajar.
Kata homeschooling sendiri berasal dari kata home yang artinya “rumah”, dan schooling yang artinya “sekolah”, jadi kalau digabung jadi satu homeschooling adalah “sekolah rumah”, yang kemudian artinya bukan lantas sekolah yang bisa diselenggarakan di rumah atau sekolahnya pindah ke rumah atau sekolah yang belajarnya di rumah saja privat dengan guru, atau sekolah yang seperti sekolah biasanya tapi bisa diselenggarakan di rumah secara online, melainkan yang tepat adalah “sekolah berbasis keluarga” atau para praktisi itu lebih suka menyebutnya “pendidikan berbasis keluarga”.
Nah, praktisi homeschooling ini disebut sebagai homeschooler.
Homeschooling atau home education atau sekolah rumah adalah model pendidikan di mana keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas proses pendidikan yang dijalani oleh anak-anaknya.
Jadi, harus digarisbawahi bahwa HS/ HE/ SR ini bukan sebuah lembaga atau institusi ya Moms, karena disini orang tualah yang memikul tanggung jawab penuh atas pendidikan anak-anaknya.
Walaupun di dalam penyelenggaraan homeschooling, orang tua dapat memilih apakah mau menyelenggarakan sendiri proses homeschoolingnya atau mereka mau menggunakan bantuan lembaga eksternal dalam prosesnya, tetapi lembaga yang dimaksud disini bukan lembaga yang mengatasnamakan lembaga homeschooling karena sebenarnya tidak ada istilah untuk lembaga homeschooling.
Ciri-ciri Keluarga Homeschooler
Ciri khas keluarga homeschooler adalah tidak memasrahkan pendidikan anak ke tangan lembaga sekolah, baik sekolah formal maupun lembaga pendidikan nonformal.
Sedangkan lembaga yang membantu proses homeschooling ini bisa berupa sanggar, klub, bimbingan belajar, kursus atau les, penyelenggara ujian, komunitas dan lain sebagainya.
Jadi penting untuk digarisbawahi lagi bukan memasrahkan atau menyekolahkan anak ke lembaga tersebut melainkan menggunakan lembaga eksternal tersebut untuk memfasilitasi dan mempermudah proses belajar sang anak. Jadi berbeda ya Moms, semoga bisa dipahami.
Sekali lagi, homeschooling ini adalah jalur pendidikan keluarga (informal).
Homeschooling dilakukan di rumah, di bawah pengarahan orang tua dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di sekolah negeri, sekolah swasta, atau di institusi pendidikan lainnya dengan model kegiatan belajar yang terstruktur dan kolektif.
Homeschooling bukan lembaga pendidikan, bukan juga bimbingan belajar yang dilaksanakan di sebuah lembaga, dan homeschooling juga bukan bisnis, melainkan model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai penanggung jawab utama.
Orang tua bisa berperan sebagai guru atau bisa juga mendatangkan guru pendamping atau tutor ke rumah, jika dirasa orang tua tidak menguasai bidang ilmu yang ingin anak kuasai.
Untuk kegiatan belajarnya, anak-anak homeschooling tentunya tidak lantas melulu di rumah, anak-anak ini dapat belajar dimana saja, bisa di alam bebas yang tanpa batas seperti di sawah, di hutan, di pantai, di gunung, di sungai bahkan di kebun tetangga atau bisa juga di perpustakaan, tempat wisata, museum, laboratorium, pasar, taman kuliner, di angkutan umum, pokoknya bisa dimana saja.
Untuk waktunya pun bisa kapan saja, mau pagi, siang, sore, malam, weekday atau weekend, pokoknya anytime, bebas. Intinya disini adalah komitmen orang tua dalam menemani anak belajarlah yang menjadi syarat dan kunci utama.
Cara Memulai Homeschooling
Bagi keluarga pemula yang ingin memutuskan homeschooling, rata-rata memiliki pertanyaan yang sama, yaitu : bagaimana cara memulainya ?
Mungkin saat ini Moms sudah memiliki kemauan yang besar untuk mengambil jalur alternatif pendidikan ini, tapi masih bingung langkah apa saja yang harus dimulai duluan.
Atau Moms sudah membaca berbagai macam artikel tentang homeschooling, beli banyak buku yang membahas tentang homeschooling, bahkan sudah menghadiri banyak sosialisasi tentang homeschooling baik secara luring maupun daring, tetapi masih ada keraguan.
Bahkan, Moms sudah mencoba bertanya kepada para keluarga praktisi homeschooling bagaimana mereka dulu memulainya, tetapi masih juga belum memiliki gambaran yang jelas bagaimana cara menjalankannya.
Jika Moms merasa demikian, hal itu sangat wajar terjadi, mungkin karena sebagian dari kita tumbuh dengan pergi ke sekolah, sehingga muncul anggapan bahwa sekolah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang tidak tergantikan, jadi wajar jika saat ini sebagian orang jadi sulit membayangkan bentuk pendidikan yang tidak terlihat seperti sekolah. Sangat wajar.
Beberapa praktisi pun ada yang dulu saat mengawalinya merasakan hal yang sama, ketika akhirnya berani memutuskan homeschooling, ternyata tantangan pertama yang harus dihadapi adalah kebingungan dan merasa tidak tahu arah, tetapi kuncinya adalah harus berani menerima bahwa kebingungan ini wajar dan harus menerima bahwa ini bukan hal aneh jika merasa tidak tahu arah sama sekali.
Apalagi jika Moms adalah keluarga yang baru akan memindahkan putra atau putri Moms dari sekolah formal ke homeschooling, bisa dibayangkan betapa bingungnya Moms saat ini, dan sekali lagi itu sangat wajar.
Memutuskan menjadi homeschooler bagi keluarga yang baru memindahkan putra atau putrinya dari sekolah formal ke homeschooling itu ibarat pegawai atau karyawan yang keluar dari pekerjaannya karena telah memutuskan untuk mengelola bisnisnya sendiri.
Moms akan pindah dari sebuah dunia yang serba diatur, penuh tatanan dan dikendalikan sedemikian rupa menuju ke dunia yang lebih fleksibel, bebas dan serba merdeka.
Dengan menjadi homeschooler, Moms dan anak-anak akan menjadi tuan atas proses pendidikan keluarga Moms sendiri.
Moms bebas mau menyusun kurikulum, bahkan bebas mau menggunakan kurikulum atau tidak, Moms bebas memilih metode apa saja yang sesuai dengan keluarga Moms, bahkan boleh jika mau menciptakan sebuah metode pendidikan sendiri untuk keluarga Moms.
Moms juga memiliki kebebasan dalam menentukan materi apa saja yang menurut Moms dan keluarga Moms tepat, jam belajar yang cocok, tempat belajar yang nyaman, gaya belajar yang sesuai, mau pakai guru atau tidak, dan bebas menentukan anggaran pendidikan, semuanya serba bebas.
Tetapi, yang menjadi persoalan adalah ternyata menjadi bebas pun itu tidak mudah, tentu ada konsekuensinya.
Konsekuensi dari sebuah kebebasan tersebut adalah berani membuat keputusan-keputusan secara mandiri dan bertanggung jawab.
Nah, jadi wajar jika sebagian besar dari kita ketika sudah memutuskan mau homeschooling tapi setelah itu terus kebingungan harus memulainya darimana, apalagi bagi yang terbiasa memasrahkan proses pendidikan putra-putrinya ke sebuah lembaga.
Mereka yang sudah terbiasa oleh aturan, tatanan, dan dikendalikan tadi pasti agak sulit menerima kebebasan, sehingga di titik tersebut muncul pertanyaan “aku harus mulai dari mana ?”
Dalam pelaksanaannya homeschooling di tiap-tiap keluarga pasti tidaklah sama, mengingat setiap keluarga itu unik dikarenakan setiap keluarga pasti memiliki visi dan misi yang berbeda-beda, dimana untuk mewujudkan visi dan misi tersebut pastilah juga memiliki cara-cara yang berbeda.
Anak-anak homeschooler juga memiliki keunikannya masing-masing yang tidak bisa disamakan satu dengan yang lain, sehingga hal itu juga akan mempengaruhi gaya dan cara belajar para keluarga homeschooler.
Dan apa saja caranya?
Jawabannya adalah apa saja selama tidak bertentangan dengan norma dan hukum yang berlaku.
Hal-hal yang Harus Dilakukan Untuk Memulai Homeschooling
Mari kita kembali ke pertanyaan awal, apa yang harus dilakukan untuk memulai homeschooling bersama anak-anak?
Coba yuk kita resapi betul-betul dan tangkap esensi homeschooling, kita pasti akan sadar bahwa sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu dipertanyakan terus-menerus, ingatlah bahwa menjadi praktisi homeschooling, artinya kita bebas, seperti yang telah penulis sampaikan diatas.
Jadi tidak ada kata “seharusnya atau sebaiknya”.
Tidak dapat dipungkiri, ketika berani memutuskan homeschooling, kita harus berani melepaskan diri dari segala kata “harus dan sebaiknya” serta segala tolok ukur khas sekolah sebagai pendidikan formal.
Jujur saja sebenarnya jika Moms menanyakan bagaimana harus memulai homeschooling kepada narasumber manapun, bahkan praktisi sendiri yang sudah senior proses belajarnya, Moms tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan, karena tentu narasumber yang Moms tanya tidak akan tahu cara apa yang paling tepat untuk Moms jika ingin memulai proses homeschooling di keluarga Moms, karena jawabannya hanya Moms dan keluarga Moms yang tahu.
Jadi saran kami, jika Moms bertemu dengan sesama praktisi homeschooling yang mungkin sudah lebih lama menjalani prosesnya sebagai homeschooler, tanyakanlah kepada mereka:
“Bagaimana dulu mereka memulai homeschooling ?”
Bukan “Bagaimana caranya jika ingin memulai homeschooling?”.
Silakan Moms kumpulkan cerita tersebut sebanyak-banyaknya, jadikan pengalaman mereka sebagai bahan referensi Anda, nanti Moms pasti akan mendapati banyak sekali variasi cara memulai menjadi keluarga homeschooler.
Itu adalah hal yang juga kami lakukan dulu, selain banyak membaca buku dan artikel tentang homeschooling di internet.
Kami meraup sebanyak-banyaknya informasi, bertanya tentang pengalaman-pengalaman para praktisi yang sudah lama berproses, hingga pada akhirnya kami menemukan inspirasi.
Nah, kalau sudah mendapatkan inspirasi, jangan lupa harus segera beraksi ya Moms.
Berikut adalah beberapa contoh kisah yang berhasil kami jadikan catatan dan rujukan dalam memulai proses homeschooling kami dulu :
- Ada keluarga yang memulai homeschooling mereka dengan melakukan riset, mempelajari lebih lanjut tentang homeschooling dan undang-undang yang mengaturnya. Mereka memastikan terlebih dahulu bahwa telah memenuhi persyaratan tersebut.
- Ada keluarga yang memulai hanya dengan banyak berdiskusi dengan anak.
- Ada keluarga yang memulainya dengan membuat jurnal belajar bersama anak.
- Ada keluarga yang memulainya dengan banyak-banyak membaca buku.
- Ada yang memulai dengan menentukan pendekatan dan kurikulum, memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak lalu memilih kurikulum yang cocok untuk anak-anaknya dan memastikan bahwa itu sudah memenuhi standar akademik.
- Ada juga yang memulai dengan riset berbagai filosofi dan metode pendidikan.
- Ada yang memulai dengan langsung membuat jadwal dan waktu belajar, serta memilih lingkungan belajar yang sesuai.
- Ada yang memulai dengan mendisiplinkan anak melakukan tugas domestik sehari-hari.
- Ada yang memulai dengan melakukan perjalanan alam dan traveling.
- Ada yang memulai dengan berkebun.
- Ada yang memulai dengan mencari info komunitas homeschooling di daerahnya, dan melibatkan diri di dalamnya.
- Ada yang memulai dengan melanjutkan materi sekolah.
- Ada yang memulai dengan mengajarkan mata pelajaran paling penting bagi keluarga mereka, lalu membuat proyek-proyek sederhana.
- Ada yang memulai dengan mencontek kurikulum keluarga homeschooler lain.
- Ada yang memulai dengan mengevaluasi proses belajar anak-anaknya sebelumnya.
- Bahkan ada yang memulainya dengan tidak melakukan apapun, membebaskan anak-anak mereka melakukan apa saja yang mereka suka.
- Dan lain sebagainya.
Inti dari uraian diatas, sebagai pemula yang masih bingung bagaimana cara memulai menjadi pesekolah rumah, Moms cukup mendengarkan pengalaman mereka semua, tidak harus meniru persis apa yang mereka sudah lakukan. Simaklah dan dapatkan inspirasi.
Apapun itu yang Moms rasa bagus, cocok, pas, dan tepat untuk dijalankan bersama dengan anak-anak Anda, dan memungkinkan untuk dikerjakan bersama, lakukanlah.
Jalankan saja jika memang metode keluarga A kelihatannya cocok untuk keluarga Anda, kurikulum keluarga B sepertinya bagus dan pas untuk diterapkan di rumah, teknik keluarga C sepertinya keren dan menarik untuk dijalankan, praktikkan saja jika keputusan keluarga D untuk tidak menggunakan kurikulum sepertinya lebih mudah dipraktikkan juga di keluarga Anda, aplikasikan saja jika filosofi pendidikan yang sudah diaplikasikan keluarga E sepertinya lebih masuk di keluarga Anda, terapkan saja, jangan ada ketakutan atau keraguan.
Diskusikan bersama keluarga inti Moms dan terapkanlah kalau ada kata sepakat. Jika ternyata di kemudian hari didapati hal tersebut ternyata tidak pas dan tidak sesuai ekspektasi, Moms bebas memodifikasinya, menggantinya, atau meramunya dengan metode, kurikulum, teknik, dan filosofi yang lain, tidak masalah, kan bebas.
Apakah ini tidak lantas membuang-buang waktu?
Jawabannya sangat tidak.
Bersantailah Moms, saat ini kita berada di zona belajar, Anda dan keluarga sedang diajak untuk bereksperimen, mencoba dan meralat, trial and error.
Tidak ada yang salah dan keliru, kuncinya adalah harus memiliki kerendahan hati untuk mau terus belajar dan belajar, terus berefleksi, berkontemplasi. Salah diperbaiki, salah lagi diperbaiki lagi, jatuh bangun lagi, terjatuh lagi ya bangun lagi.
Percayalah justru melalui proses tempaan jatuh bangun, keliru lalu memperbaiki, mencoba dan merevisi inilah, kita dan anak-anak kita akan banyak belajar dan bertumbuh bersama di jalan pendidikan berbasis keluarga.
Tekuni saja terus petualangan belajar ini, dan yakinlah di saat yang tepat nanti Moms dan keluarga akan banyak bersyukur karena pernah berani membuat keputusan besar untuk masa depan pendidikan keluarga Moms dan akan tersenyum penuh arti.
Homeschooling bisa menjadi pilihan yang sangat baik bagi keluarga yang ingin memastikan bahwa anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan dengan cara yang terbaik, tetapi jangan sampai kita mudah terperangkap oleh kegalauan dalam merumuskan rencana paling optimal untuk mencapai hasil, hanya karena kita terlalu tenggelam sibuk menimbang metode, kurikulum dan pendekatan mana yang paling tepat, hingga lupa melakukan aksi yang pada akhirnya terbit penyesalan karena selama ini tidak kemana-mana alias kebanyakan mikir sampai lupa gerak.