Hari Minggu, 24 September 2023 lalu, anak-anak mendapatkan kesempatan mengikuti workshop ecoprint bersama kakak-kakak dari Semilir Ecoprint.
Pembelajaran ecoprint kali ini menggunakan teknik pounding sederhana, yaitu mencetak daun dan bunga dengan cara dipukul-pukul diatas kain.
Hal yang saya amati dari kegiatan ini adalah semakin terbangunnya keintiman anak-anak dengan alam.
Meskipun mereka harus meminta maaf kepada para tanaman karena telah memetik banyak-banyak daun dan bunga, tetapi anak-anak tidak kemudian terbebani rasa bersalah karena benar-benar memahami alasan kegiatan petik memetik ini bukanlah kegiatan yang tanpa tujuan, tapi justru memiliki tujuan yang baik dan bukan untuk merusak tanaman.
Sebelum mulai kegiatan, anak-anak diajak untuk bebas mengeksplorasi alam sekitar, mencari daun dan bunga yang nantinya akan digunakan sebagai motif yang akan dicetak diatas tote bag mini mereka.
Pengetahuan anak-anak akan ilmu botani menjadi bertambah, mereka belajar secara langsung nama-nama dan bentuk daun serta bunga sore itu.
Mereka juga belajar bagaimana sifat dan ciri-ciri daun yang memiliki kandungan air tinggi dan rendah.
Manfaat lain dari pembelajaran ecoprint dengan teknik pounding ini ternyata juga sangat bagus untuk melatih kemampuan motorik halus anak melalui koordinasi tangan dan mata saat melakukan pounding serta dapat mengenalkan anak tentang seni yaitu hasil dari ecoprint.
Bagaimana cara kerjanya? Kakak-kakak dari Semilir Ecoprint akan menjelaskan terlebih dahulu dengan rinci apa itu ecoprint dan mencontohkan cara kerjanya kepada anak-anak, setelah paham anak-anak mempraktekkannya diatas tote bag mereka masing-masing.
Berikut penjelasan mengenai apa itu ecoprint, bahan apa saja yang dapat digunakan untuk ecoprint, metodenya apa saja dan penjelasan detail mengenai istilah-istilah dalam ecoprint, selamat membaca dan menyimak sampai habis perjalanan belajar kami mengenal ecoprint ini ya Moms!
Apa itu ecoprint?
Kain hasil ecoprint termasuk ke dalam sustainable fashion karena dianggap ramah lingkungan, sebab menggunakan unsur-unsur alami tanpa bahan sintetis atau bahan kimia.
Dalam keseluruhan proses pembuatannya, ecoprint ini menggunakan media alam, seperti tanaman, contoh kain yang memiliki serat alami seperti katun, linen, kanvas dan sutra.
Kakak-kakak dari Semilir Ecoprint menyampaikan bahwa ciri-ciri kain yang memiliki serat tinggi salah satunya adalah mudah kusut.
Untuk motif yang akan digunakan juga berasal dari tanaman asli, seperti bunga, daun, atau batang tanaman yang memiliki zat warna alami yang tinggi.
Jadi kesimpulannya ecoprint adalah proses mencetak segala sesuatu yang memiliki nilai alam atau berasal dari alam dan media yang digunakan juga memiliki unsur alam, yang bertujuan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai seni dan ekonomi tinggi serta ramah lingkungan untuk meminimalisir adanya limbah yang berbahaya terhadap ekosistem lingkungan dan kehidupan.
Cara Memilih Bahan Untuk Ecoprint
Bahan terbaik untuk ecoprint adalah bahan dari serat alami, bisa dari tumbuhan atau kulit hewan. Serat alami dipilih karena mampu menyerap warna dengan baik.
Serat alami kelompok selulosa misalnya katun, linen, goni, kulit kayu. Untuk kelompok protein misalnya sutera, wol, maupun kulit binatang.
Sedangkan dedaunan yang bisa dipakai untuk ecoprint adalah daun yang kandungan airnya tinggi.
Daun yang berkadar air tinggi adalah daun yang memiliki ciri-ciri jika dipetik dia akan mudah layu, contoh : daun jati, jarak kepyar, kelengkeng merah, teruju, miyono, jambu biji, kesumba, jintri, bayam, daun lanang, daun insulin, seledri, kangkung, kenikir, lamtoro, dan lain-lain.
Sedangkan bunga yang bisa dijadikan motif ecoprint adalah bunga apa saja, hanya untuk bunga cara kerjanya bagian kelopak harus dipetik satu persatu terlebih dahulu baru disusun menjadi motif yang diinginkan.
Sedangkan untuk daun yang kandungan airnya rendah, bukan berarti tidak bisa digunakan, tetapi dalam prosesnya poundingnya akan membutuhkan waktu yang lebih lama, jadi anak-anak harus memiliki ekstra kesabaran memukul-memukulkan palu kayunya ke daun hingga motif tercetak dengan baik ke dalam kain, contoh daun dengan kadar air rendah adalah daun pepaya jepang.
Macam-Macam Teknik Ecoprint
Berdasarkan penjelasan dari kakak-kakak dari Semilir, terdapat dua metode dalam pembuatan ecoprint, yaitu metode iron blanket dan metode pounding.
Nah, karena metode iron blanket itu cukup rumit proses pengerjaannya, jadi sore itu anak-anak dikenalkan pada metode pounding terlebih dahulu, untuk metode iron blanket akan dijelaskan pada kesempatan yang lain.
Metode Iron Blanket Pada Teknik Ecoprint
Teknik iron blanket biasa dikenal dengan teknik pengukusan dan difermentasikan untuk menghasilkan motif yang unik.
Alat dan bahan yang akan digunakan antara lain :
- Kain dengan serat alami
- Daun-daunan, bunga, batang tanaman yang memiliki zat warna alam yang tinggi
- Air cuka
- Palu
- Campuran air tawas
- Pipa pralon
- Tali
- Panci untuk mengukus
Cara membuatnya sebagai berikut:
- Rendam kain dengan air tawas selama sehari semalam dengan perbandingan 1 meter/ 1 liter air/ 12 gram tawas, untuk membersihkan kain dari kotoran atau lilin agar pewarna nantinya lebih awet.
- Rendam daun di dalam larutan cuka agar tannin (zat warna daun) keluar dengan maksimal
- Bentangkan kain diatas meja dan tempelkan daun-daunan sesuai dengan selera (posisi tulang daun di bawah)
- Gulung dengan pipa pralon
- Ikat dengan tali
- Kukus selama 2 jam
- Angkat dan bentangkan di meja, ambil daun-daun secara perlahan
- Jemur kain ecoprint tersebut dibawah sinar matahari
- Kini kain ecoprint tersebut sudah jadi dan siap dijahit menjadi aneka kerajinan, seperti: baju, dompet, tas, scarf, dan lain-lain
Metode Pounding Pada Teknik Ecoprint
Teknik pounding biasa dikenal dengan teknik memukul, pengerjaannya lebih mudah sehingga lebih banyak orang menggunakan teknik ini.
Cara kerjanya juga tidak serumit teknik iron blanket dan sangat mudah diaplikasikan oleh anak-anak.
Bahan dan alat yang harus dipersiapkan antara lain:
- Kain serat alami
- Palu kayu
- Daun-daunan, bunga, batang tanaman yang memiliki kandungan air tinggi
- Larutan air tawas
- Larutan air tunjung
- Plastik
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Buat larutan air tawas dengan perbandingan 1 meter kain/ 1 liter air/ 12 gram tawas
- Rendam terlebih dahulu kain yang akan digunakan untuk ecoprint dengan larutan air tawas tersebut
- Bentang kain diatas permukaan yang rata, jika menggunakan tote bag jangan lupa bagian dalam tas dilapisi plastik agar tidak tembus ke bagian belakang
- Tempelkan daun dan bunga diatas kain dengan posisi tulang daun menghadap keatas
- Tutup menggunakan kain (sebaiknya dikerjakan satu persatu setiap daun dan bunganya)
- Pukul-pukul menggunakan palu kayu hingga warna daun menempel pada kain
- Buka kain, tetapi sisa-sisa daun yang menempel tidak usah dibersihkan supaya tidak merusak motif, lanjutkan mencetak daun/ bunga berikutnya.
- Jika sudah selesai, rendam sebentar kain di larutan tunjung sambil dibersihkan sisa-sisa daun yang masih menempel
- Bilas dengan air
- Jemur dibawah sinar matahari
- Kain siap digunakan
Apa Itu Mordanting dan Fiksasi dalam Proses Ecoprint?
Kegiatan Ecoprint ini merupakan kegiatan yang sangat baru bagi anak-anak, pasti akan banyak sekali pertanyaan sesudah pelaksanaan kegiatan ini.
Untuk itu, selama kegiatan kemarin kami berusaha mendapatkan informasi sebanyak dan sedetail mungkin kepada kakak-kakak narasumber disana, baik dengan bertanya, mencatat, bahkan merekam ketika kakak narasumber menjelaskan.
Benar dugaan saya, tiga hari setelah kegiatan pun anak-anak masih antusias sekali dengan pembelajaran baru mereka tersebut..hehe
Banyak sekali hal yang ingin mereka tahu dan harus saya jelaskan ulang di rumah, diantaranya:
Kenapa Kain Ecoprint Harus Direndam Air Tawas Terlebih Dahulu?
Langkah pembuatan ecoprint diawali dengan pengolahan kain atau mordanting, yaitu perendaman kain menggunakan air tawas selama sehari semalam.
Sisa air tewasnya nanti jangan dibuang ya Moms, karena ternyata bisa dimanfaatkan untuk membersihkan kamar mandi.
Tawas ini terbuat dari campuran senyawa garam dan kenapa harus direndam tawas yang merupakan senyawa logam?
Proses mordanting ini bertujuan untuk mempertahankan warna bahan atau kain dan pori-pori agar motif nantinya tercetak dengan sempurna.
Nah, jika tidak direndam dulu dengan air tawas ditakutkan dalam proses pemberian motif tidak akan terserap dengan baik karena kain baru biasanya masih kotor dan mengandung lilin, jadi fungsi air tawas ini adalah untuk membersihkan kain.
Untuk ukuran tawasnya tidak banyak, 1 meter kain hanya butuh 12 gram tawas yang sudah dilarutkan dalam 1 liter air (jadi perbandingannya 1 meter kain/1 liter air/ 12 gram tawas), ini berlaku kelipatan.
Jadi jika menginginkan 2 meter kain artinya membutuhkan 24 gram tawas yang sudah dilarutkan dalam 2 liter air, dan begitu seterusnya ya Moms.
Apa itu Proses Fiksasi dalam Ecoprint?
Setelah direndam menggunakan larutan air tawas, kemudian kain tersebut dijemur hingga kering sebelum siap dicetak.
Langkah selanjutnya adalah proses pencetakan dengan cara merentangkan kain, kemudian daun yang telah dipilih ditata diatas kain yang sudah di mordanting tadi, lalu ditutup dengan kain lain baru dipukul-pukul menggunakan palu kayu atau batu.
Seperti yang telah kami jelaskan diatas, tempat atau alasnya harus rata ya Moms, jangan diatas tikar, atau usahakan alas jangan bergelombang.
Disinilah kekuatan dalam memukul harus dikendalikan agar daun tidak hancur dan warna meresap dengan baik pada kain.
Setelah daun tercetak, angkat kain penutup secara perlahan, daun yang masih menempel biarkan saja mengering jangan diutak atik pakai jari ya Moms.
Nah, proses berikutnya inilah yang bernama fiksasi. Fiksasi pada ecoprint adalah proses penguatan atau penguncian warna. Larutan yang digunakan bisa tawas atau tunjung. Ketiga bahan tersebut memiliki kelebihan tersendiri.
Fiksasi dilakukan dengan cara merendam kain yang sudah dicetak tadi dengan air tawas atau tunjung, durasinya sebentar saja.
Selama proses fiksasi ini, kita bisa sambil membersihkan sisa-sisa daun yang masih menempel pada kain, pakai sarung tangan lebih baik.
Tujuan dari proses fiksasi ini adalah mengikat motif dan warna agar tidak luntur.
Setelah fiksasi, bilas kain dengan air biasa atau bisa juga dicuci dengan lerak dan dijemur di terik matahari.
Nah, fiksasi adalah proses terakhir dalam ecoprint dengan metode pounding, jadi setelah kain kering, kain tersebut sudah bisa dijahit dan dijadikan berbagai macam karya seperti baju, dompet, tas, dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan kita Moms.
Manfaat Larutan Tunjung Bagi Kain Ecoprint
Tunjung biasanya digunakan sebagai bahan membatik, jadi baik tunjung, tawas maupun lerak mudah didapatkan di toko-toko bahan atau alat membatik.
Tunjung sendiri sebenarnya adalah karat, kalau Moms ingin membuatnya sendiri secara alami bisa dengan cara mengumpulkan paku-paku atau besi-besi yang sudah berkarat, dikumpulkan ke dalam toples lalu diberi cuka dan air dengan perbandingan 1 : 2 kemudian diamkan selama satu malam. Nah, larutan tersebut sudah menjadi tunjung ala rumahan.
Tunjung ada yang berbentuk cair, bubuk dan kristal. Jika tunjung yang digunakan adalah tunjung kristal, artinya harus dilarutkan dulu ke dalam air panas.
Setelah air berubah warna menjadi kuning seperti karat bahkan baunya juga seperti karat, baru ditambahkan air biasa sebanyak 1 hingga 2 liter, disini yang penting dalam membuat larutan tunjungnya adalah larutan tersebut harus menjadi larutan yang encer, barulah kain yang sudah dicetak dengan berbagai motif tadi dimasukkan kedalamnya.
Tips pemberian tunjung ini sedikit saja ya Moms, karena kalau terlalu banyak bisa merubah warna daun, semakin banyak tunjung nanti akan semakin hitam, ketika dicuci menggunakan air tunjung sisa-sisa daun yang menempel tadi barulah dibersihkan, cukup dicelup-celupkan saja. Kemudian bilas dan keringkan dibawah sinar matahari.
Nah, merendam kain dengan larutan tunjung ini adalah cara bagi yang menginginkan hasil warna cetakan motifnya lebih gelap.
Untuk yang menginginkan hasil warna yang samar bisa menggunakan air yang sudah dilarutkan menggunakan tawas.
Dalam kegiatan ecoprint menggunakan teknik pounding kemarin, anak-anak sangat takjub ketika berhasil mencetak beberapa motif daun dan bunga pada tote bag mininya.
Kata anak-anak: “ternyata warna yang dihasilkan tidak selalu sama dengan warna aslinya.”
Daun meninggalkan jejak warna hijau, bunga turi merah meninggalkan jejak warna ungu kebiruan, kembang bulan meninggalkan jejak warna kuning.
Dan mereka melihat langsung bahwa letak seni dan keunikan ecoprint adalah baik warna maupun motif tidak dapat diulang meskipun bahan dan proses pembuatannya sama.
Nah, demikian Moms proses belajar kami mengenal ecoprint menggunakan teknik pounding, menurut saya kegiatan ini sangat bernilai positif dan bagus sekali diberikan kepada anak. Selamat mencoba ya.
Salam Eksperimen!